Umar ibnuyl Khaththab r.a. dilahirkan pada 13 tahun setelah tahun gajah.
Umar ibnul Khaththab r.a. merupakan salah seorang tokoh terkemuka
suku Quraisy. Ia memegang tugas sebagai utusan pada masa jahiliah.
Karena suku Quraisy, jika terjadi perang antara mereka dan suku lainnya,
mereka akan mengutus seorang utusan dan jika ada undangan kehormatan,
maka mereka pun mengutus seseorang yang mereka andalkan.
Umar telah menikah pada era jahiliah dengan Zainab binti Mazh’un,
saudari kandung dari Utsman bin Mazh’un. Darinya terlahir Abdullah,
Abdurrahman al-Akbar, dan Hafshah r.a. Jumlah perempuan yang pernah ia
nikahi pada masa jahiliah dan Islam, baik yang sempat ia ceraikan atau
meninggal lebih dahulu ada tujuh orang istri. Jumlah anaknya dari
seluruh istrinya itu ada tiga belas orang.
Umar masuk Islam setelah 45 orang laki-laki dan 11 oarng perempuan
masuk Islam. Hal itu terjadi pada bulan Dzulhijjah, tahun keenam dari
kenabian. Saat itu, ia berusia 26 tahun.
Abi Amru bin Dzakwan berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah r.a.,
‘Siapa yang menamakan Umar sebagai ‘al-Faruq’? Ia menjawab, ‘Nabi
saw.’.”
Ia diberi panggilan (kinayah) sebagai: Abu Hafsh — dan makna Hafsh
adalah singa. Panggilan Abu Hafsh ini diberikan oleh Rasulullah saw.
Abu Umar berkata, “Keislaman Umar adalah suatu kemuliaan bagi Islam
yang dibawa oleh dakwah Nabi saw. Ia ikut serta dalam hijrah ke Madinah
dan termasuk kelompok Muhajirin yang pertama. Ia juga ikut serta dalam
Perang Badar, bai’atur Ridhwan, dan semua peperangan yang dijalani oleh
Nabi saw. Pada masa kekhalifahannya, Allah swt. memberikan banyak
kemenangan. Seperti ditundukkannya Syam, Irak, dan Mesir. Dialah yang
pertama kali menyusun administrasi negara Islam, mengatur prioritas
manusia berdasarkan pioniritas masuk Islamnya mereka. Dia juga yang
menyinari bulan Ramadhan dengan shalat tarawih, memulia penanggalan
Islam dengan dimulai dari peristiwa Hijrah, yang sampai saat ini terus
berlaku. Dia pula yang pertama kali dinamakan sebagai Amirul Mu’minin!”
Ia memangku jabatan khalifah pada hari Selasa, delapan hari menjelang akhir bulan Jumadil Akhir, tahun 13 Hijriah.
Ia memangku jabatan khalifah pada hari Selasa, delapan hari menjelang akhir bulan Jumadil Akhir, tahun 13 Hijriah.
Umar r.a. adalah khalifah pertama yang mengeluarkan kaum Yahudi dari
tanah Hijaz dan mengusir mereka keluar dari Jazirah Arab ke Syam. Dia
juga menyaksikan peristiwa ditundukkannya Baitul Maqdis oleh pasukan
Islam.
Dari Amir bin Abdullah ibnuz Zubair dari bapaknya, ia berkata, “Aku
(Zubair bin Awwam) pergi menginspeksi pasar bersama Umar ibnul Khaththab
r.a., sambil berpegangan tangan dengannya. Di tengah jalan, Abu Lu’luah
— seorang hamba sahaya milik Mughirah bin Syu’bah — menemuinya dan
berkata, ‘Bisakah Anda menemui tuanku agar dia mau meringankan kharaj-kl
(setoran penghasilan)?’ Umar bertnaya, ‘Berapa besar kewajiban
kharaj-mu?’ Dia menjawab, ‘Satu dinar’. Umar menukas, ‘Saya pikir, saya
tidak perlu menemui tuanmu, karena engkau adalah seorang pekerja yang
baik dan kewajiban sebesar itu tidaklah banyak bagimu.’ Setelah itu Umar
bertanya kepadanya, ‘Bisakah engkau membantu mengasah senjataku?’ Ia
menjawab, ‘Bisa.’
Setelah Umar bergerak pergi dari tempat itu, Abu Lu’luah berkata,
‘Aku akan mengasah senjata yang akan menjadi pembicaraan orang-orang di
bagian Timur dan Barat!’ zubair berkata, ‘Ucapannya itu terus terngiang
dalam diriku.’ Ia melanjutkan ceritanya, ‘Saat terdengar panggilan azan
subuh, Umar keluar dari rumahnya untuk mengimami shalat di masjid. Ibnu
Zubair berkata, ‘Saat itu aku telah berada di tempat shalatku, tiba-tiba
terlihat Abu Lu’luah, sang musuh Allah, menyerang Umar dan melayangkan
enam tusukan senjata tajam kepadanya, salah satunya mengenai bagian
tubuh di bawah pusarnya — luka inilah yang menyebabkan kematiannya.
setelah itu, Umar teriak, ‘Mana Abdurrahman bin Auf?’ Orang yang hadir
menjawab ‘Ini dia, wahai Amirul Mu’minin.’ Umar berkata kepadanya,
‘Majulah dan imamilah shalat ini.’
Maka Abdurrahman maju dan mengimami shalat. Sementara Umar kemudian
ditandu dan dibawa masuk ke rumahnya. Setelah itu Umar berkata kepada
anaknya Abdullah, ‘Keluarlah, lihat siapa yang telah membunuhku.’ Ibnu
Umar kemudian keluar dan bertanya kepada orang yang hadir, ‘Siapa yang
telah membunuh Amirul Mu’minin?’ Mereka menjawab, ‘Abu Lu’luah, hamba
sahaya Mughirah bin Syu’bah.’ Setelah itu ia kembali ke rumah dan
memberithaukan informasi ini kepada Umar. Mendengar informasi tersebut,
Umar berkata, ‘Segala puji bagi Allah, yang tidak menakdirkan aku
dibunuh oleh seseorang yang antara dirinya dan diriku terhalang oleh
kalimat suci: laa ilaaha illallah.’
Umar r.a. ditikam pada hari Rabu, empat hari terakhir dari bulan
Dzulhijjah tahun 23 H. Ia dimakamkan pada hari Ahad, di pagi hari awal
bulan Muharram tahun 24 H. Masa kekhalifahannya adalah sepuluh tahun,
enam bulan, dan empat hari.
Umar r.a. meninggal dalam usia 63 tahun. Ada yang mengatakan bahwa ia
meninggal dalam usia 61 tahun. Ada pula yang mengatakan pada usia 57
tahun.
Mereka Berkata tentang Amirul Mu’minin (Umar)
Rasulullah saw. bersabda, “Di antara kalangan Bani Israel sebelum
kalian, ada orang-orang yang diberikan ilham langsung, namun bukan nabi.
Dan jika di antara umatku ada yang seperti itu, salah satunya adalah
Umar.”
Rasulullah saw. bersabda, “Saat aku tidur, aku bermimpi meminum susu,
sehingga aku melihat aliran susu tersebut di kuku-kuku aku. Setelah itu
aku berikan susu tersebut kepada Umar.” Para sahabat bertanya, “Apa
makna susu itu.” Rasulullah saw. menjawab, “Ilmu pengetahuan.”
Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah meletakkan kebenaran pada lidah Umar dan hatinya.”
http://nurmuhammad.web.id