Ads 468x60px

LDK-JS UNPAR

"Bersama Kita Bisa"

Social Icons

Kisah Umar Bin Khaththab r.a.

  Umar ibnuyl Khaththab r.a. dilahirkan pada 13 tahun setelah tahun gajah.
                            Umar ibnul Khaththab r.a. merupakan salah seorang tokoh terkemuka suku Quraisy. Ia memegang tugas sebagai utusan pada masa jahiliah. Karena suku Quraisy, jika terjadi perang antara mereka dan suku lainnya, mereka akan mengutus seorang utusan dan jika ada undangan kehormatan, maka mereka pun mengutus seseorang yang mereka andalkan.

Umar r.a. adalah seorang pria berbadan tinggi, mempunyai kedua tangan yang aktif, bermata jeli, dan berkulit gelap. Ada yang mengatakan, kulitnya amat putih dan tampak kemerahan.
Umar telah menikah pada era jahiliah dengan Zainab binti Mazh’un, saudari kandung dari Utsman bin Mazh’un. Darinya terlahir Abdullah, Abdurrahman al-Akbar, dan Hafshah r.a. Jumlah perempuan yang pernah ia nikahi pada masa jahiliah dan Islam, baik yang sempat ia ceraikan atau meninggal lebih dahulu ada tujuh orang istri. Jumlah anaknya dari seluruh istrinya itu ada tiga belas orang.
Umar masuk Islam setelah 45 orang laki-laki dan 11 oarng perempuan masuk Islam. Hal itu terjadi pada bulan Dzulhijjah, tahun keenam dari kenabian. Saat itu, ia berusia 26 tahun.
Abi Amru bin Dzakwan berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah r.a., ‘Siapa yang menamakan Umar sebagai ‘al-Faruq’? Ia menjawab, ‘Nabi saw.’.”
Ia diberi panggilan (kinayah) sebagai: Abu Hafsh — dan makna Hafsh adalah singa. Panggilan Abu Hafsh ini diberikan oleh Rasulullah saw.
Abu Umar berkata, “Keislaman Umar adalah suatu kemuliaan bagi Islam yang dibawa oleh dakwah Nabi saw. Ia ikut serta dalam hijrah ke Madinah dan termasuk kelompok Muhajirin yang pertama. Ia juga ikut serta dalam Perang Badar, bai’atur Ridhwan, dan semua peperangan yang dijalani oleh Nabi saw. Pada masa kekhalifahannya, Allah swt. memberikan banyak kemenangan. Seperti ditundukkannya Syam, Irak, dan Mesir. Dialah yang pertama kali menyusun administrasi negara Islam, mengatur prioritas manusia berdasarkan pioniritas masuk Islamnya mereka. Dia juga yang menyinari bulan Ramadhan dengan shalat tarawih, memulia penanggalan Islam dengan dimulai dari peristiwa Hijrah, yang sampai saat ini terus berlaku. Dia pula yang pertama kali dinamakan sebagai Amirul Mu’minin!”
Ia memangku jabatan khalifah pada hari Selasa, delapan hari menjelang akhir bulan Jumadil Akhir, tahun 13 Hijriah.
Umar r.a. adalah khalifah pertama yang mengeluarkan kaum Yahudi dari tanah Hijaz dan mengusir mereka keluar dari Jazirah Arab ke Syam. Dia juga menyaksikan peristiwa ditundukkannya Baitul Maqdis oleh pasukan Islam.
Dari Amir bin Abdullah ibnuz Zubair dari bapaknya, ia berkata, “Aku (Zubair bin Awwam) pergi menginspeksi pasar bersama Umar ibnul Khaththab r.a., sambil berpegangan tangan dengannya. Di tengah jalan, Abu Lu’luah — seorang hamba sahaya milik Mughirah bin Syu’bah — menemuinya dan berkata, ‘Bisakah Anda menemui tuanku agar dia mau meringankan kharaj-kl (setoran penghasilan)?’ Umar bertnaya, ‘Berapa besar kewajiban kharaj-mu?’ Dia menjawab, ‘Satu dinar’. Umar menukas, ‘Saya pikir, saya tidak perlu menemui tuanmu, karena engkau adalah seorang pekerja yang baik dan kewajiban sebesar itu tidaklah banyak bagimu.’ Setelah itu Umar bertanya kepadanya, ‘Bisakah engkau membantu mengasah senjataku?’ Ia menjawab, ‘Bisa.’
Setelah Umar bergerak pergi dari tempat itu, Abu Lu’luah berkata, ‘Aku akan mengasah senjata yang akan menjadi pembicaraan orang-orang di bagian Timur dan Barat!’ zubair berkata, ‘Ucapannya itu terus terngiang dalam diriku.’ Ia melanjutkan ceritanya, ‘Saat terdengar panggilan azan subuh, Umar keluar dari rumahnya untuk mengimami shalat di masjid. Ibnu Zubair berkata, ‘Saat itu aku telah berada di tempat shalatku, tiba-tiba terlihat Abu Lu’luah, sang musuh Allah, menyerang Umar dan melayangkan enam tusukan senjata tajam kepadanya, salah satunya mengenai bagian tubuh di bawah pusarnya — luka inilah yang menyebabkan kematiannya. setelah itu, Umar teriak, ‘Mana Abdurrahman bin Auf?’ Orang yang hadir menjawab ‘Ini dia, wahai Amirul Mu’minin.’ Umar berkata kepadanya, ‘Majulah dan imamilah shalat ini.’
Maka Abdurrahman maju dan mengimami shalat. Sementara Umar kemudian ditandu dan dibawa masuk ke rumahnya. Setelah itu Umar berkata kepada anaknya Abdullah, ‘Keluarlah, lihat siapa yang telah membunuhku.’ Ibnu Umar kemudian keluar dan bertanya kepada orang yang hadir, ‘Siapa yang telah membunuh Amirul Mu’minin?’ Mereka menjawab, ‘Abu Lu’luah, hamba sahaya Mughirah bin Syu’bah.’ Setelah itu ia kembali ke rumah dan memberithaukan informasi ini kepada Umar. Mendengar informasi tersebut, Umar berkata, ‘Segala puji bagi Allah, yang tidak menakdirkan aku dibunuh oleh seseorang yang antara dirinya dan diriku terhalang oleh kalimat suci: laa ilaaha illallah.’
Umar r.a. ditikam pada hari Rabu, empat hari terakhir dari bulan Dzulhijjah tahun 23 H. Ia dimakamkan pada hari Ahad, di pagi hari awal bulan Muharram tahun 24 H. Masa kekhalifahannya adalah sepuluh tahun, enam bulan, dan empat hari.
Umar r.a. meninggal dalam usia 63 tahun. Ada yang mengatakan bahwa ia meninggal dalam usia 61 tahun. Ada pula yang mengatakan pada usia 57 tahun.
Mereka Berkata tentang Amirul Mu’minin (Umar)
Rasulullah saw. bersabda, “Di antara kalangan Bani Israel sebelum kalian, ada orang-orang yang diberikan ilham langsung, namun bukan nabi. Dan jika di antara umatku ada yang seperti itu, salah satunya adalah Umar.”
Rasulullah saw. bersabda, “Saat aku tidur, aku bermimpi meminum susu, sehingga aku melihat aliran susu tersebut di kuku-kuku aku. Setelah itu aku berikan susu tersebut kepada Umar.” Para sahabat bertanya, “Apa makna susu itu.” Rasulullah saw. menjawab, “Ilmu pengetahuan.”
Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah meletakkan kebenaran pada lidah Umar dan hatinya.”

http://nurmuhammad.web.id