Ads 468x60px

LDK-JS UNPAR

"Bersama Kita Bisa"

Social Icons

Matahari Dan Bulan

Perhatikan pula keadaan matahari dan bulan saat terbit dan tenggelam. Keduanya penentu siang dan malam. Kalau keduanya tidak terbit, tentu dunia akan kacau. Bagaimana manusia bekerja mencari nafkah dan mengatur urusan mereka jika dunia gelap gulita? Bagaimana mereka menikmati kehidupan ini kalau tidak ada cahaya?
Kemudian perhatikanlah hikmah tenggelamnya. Sekiranya
bukan karena tenggelamnya matahari dan bulan, tentu manusia tidak merasakan ketenangan dan kedamaian. 
Padahal, manusia sangat butuh tidur guna membangkitkan kekuatan batin dan membantu mencernakan makanan serta mengirimkan energi ke organ-organ tubuh. Kalau matahari tidak tenggelam, tentu bumi akan panas karena terus-menerus menerima sinarnya—dan akhirnya terbakarlah semua yang ada di bumi baik hewan maupun tanaman. Itulah hikmahnya matahari terbit dan bersinar selama rentang waktu tertentu. Ini seperti fungsi lampu yang dinyalakan oleh penghuni rumah agar dapat menyelesaikan hajatnya lalu dipadamkan agar dapat istirahat dengan tenang.
Terangnya siang dan gelapnya malam, panasnya siang dan dinginnya malami, meski berlawanan sifatnya, saling mendukung terpenuhinya maslahat alam. Allah SWT mengisyaratkan hal ini dan mengarahkan pikiran hamba-hamba-Nya ke sana dengan firman-Nya,
"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai had kiamat, siapakah Hah selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu Maka apakah kamu tidak mendengar?' Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah llah selain Allah yang akan, mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak melihat (memperhatikan)?'" (al-Qashash: 71 -72)
Allah SWT menyebutkan bashar secara khusus untuk siang karena siang adalah waktu orang dapat melihat. Pada siang hari itulah orang-orang dapat beraktivitas. Sedang malam, Allah SWT mengkhususkannya dengan menyebutkan sama' karena fungsi pendengaran utamanya pada malam hari. Pada malam hari, hewan-hewan mendengar suara yang tidak dapat didengarnya pada siang hari. Karena, di malam hari tak ada suara bising, gerak makhluk hidup pun tidak seberapa. Maka, fungsi pendengaran kuat dan fungsi penglihatan lemah. Sedangkan, siang hari adalah kebalikannya. Pada siang hari penglihatan kuat, tapi pendengaran lemah. Allah SWT berfirman pula,
"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (al-Furqaan: 61-62)
                    Dalam ayat di atas, Allah SWT menyebutkan penciptaan malam dan siang. Keduanya saling khilfah (silih berganti). Masing-masing mengganti yang lain. Tidak berkumpul bersama. Seandainya berkumpul, tentu lenyaplah maslahat yang diinginkan dari pergantiannya. Inilah yang dimaksud dengan ikhtilaful lail wan nahar. Yakni, siang dan malam itu silih berganti muncul, tidak berkumpul bersama-sama secara berdampingan. Antara satu dengan lainnya saling menutupi dan mengikuti dengan cepat hingga mengusir dari kekuasannya. Setelah itu, yang lain datang lagi, menutupi dan mengikuti satunya sehingga terusir dari kekuasaannya. Demikianlah, keduanya saling menggeser satu sama lain, tidak pernah bertemu.