Ads 468x60px

LDK-JS UNPAR

"Bersama Kita Bisa"

Social Icons

Kartini The Inspiring Women

              Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879 silam, adalah sosok yang mampu memberikan pemahaman tentang betapa pentingnya peran wanita demi kemajuan bangsa. Sehingga sekarang dikenal dengan istilah emansipasi wanita.
Inspirasi yang dibangkitkan R.A. Kartini ibarat api yang membara dalam sekam. Terus menerus berkobar, memancarkan cahaya dan citra diri kaum perempuan Indonesia. Sudah tidak aneh lagi, bila setiap organisasi mempunyai departemen atau seksi khusus yang menampung aspirasi kaum perempuan, sebagai salah satu wahana untuk mengembangkan potensi dan kemandiriannya.
                kesadaran akan hak dan kewajiban perempuan mulai tumbuh subur. Bangkit secara pasti, menuai citra dirinya sebagai “tiang negara”. Kondisi ini dterlihat dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan pengetahuannya. Yang digunakan sebagai modal dasar untuk mengembangkan kemandirian yang sesungguhnya. Oleh karena itu, wanita harus memiliki pilihan profesi yang jelas dalam perannyaterhadap pembangunan. Bahkan harus terpanggil untuk meleburkan diri dalam pengabdian bagi saudara sekaumnya yang bernasib kurang beruntung.
Tapi peringatan hari karini sebaiknya tidak hanya dilakukan sebagai ritual tahunan yang diisi dengan kegiatan dan perlombaan tapi bagaimana kita mempelajari, memaknai peringatan hari kartini itu sendiri.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannnya, tapi bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mampu belajar dari sejarahnya, bangsa yang mampu mempelajari karya-karya dan pemikiran-pemikiran pahlawannya.
                 Apa sih, sebenarnya makna dari emansipasi wanita yang diperjuangkan Kartini ? jangan – jangan kita hanya berpikir bahwa emansipasi wanita merupakan kesamaan kedudukan dan derajat antara wanita dengan pria. Tentunya pemikiran tersubut sangatlah kurang tepat Karena pada dasarnya, emansipasi yang dimaksud di sini bukanlah untuk menyamakan atau bahkan melebihkan derajat wanita di atas pria, melainkan untuk mengembalikan lagi hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh kaum wanita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang perlu dihargai setiap hak-haknya dan memiliki peranan besar dalam kehidupan, tak hanya kehidupan keluarga, melainkan juga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Emansipasi yang dimaksud adalah memberikan kesempatan pada wanita untuk maju, ikut berkontribusi, berkarya dan mengembangkan ide-idenya, sebagai insan Tuhan yang dibekali dengan daya pikir dan kreativitas, sama halnya dengan yang dimiliki kaum pria. Diawali dengan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan pria dan kesempatan untuk bisa berkarya mengembangkan potensinya di luar kehidupan keluarga, kesempatan untuk berpendapat, mengeluarkan ide dan pikirannya, kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang baik dan manusiawi, bukan sebagai kaum lemah, tertindas, dan tak berdaya yang bisa diperlakukan seenaknya oleh kaum pria.
                   Atas nama perjuangan Kartini, para wanita justru terjebak pada nilai-nilai liberalisasi dan ide-ide barat yang justru ditentang oleh sang pahlawan. Lihatlah wanita-wanita yang berserakan di jalan-jalan dengan dandanan menor dan baju mini atas nama emansipasi. Mereka meninggalkan kewajiban serta fitrahnya sebagai wanita. Para perempuan itu enggan untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya, karena bagi mereka, hamil hanya merusak bentuk tubuh indah mereka. Sementara, wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga dicibir karena dianggap tidak produktif. Makna produktif disini adalah segala sesuatu yang dapat menghasilkan uang dan dapat dinilai secara materi. Perjuangan yang kini dilakukan oleh para feminis, yang mengklaim diri sebagai pembela hak-hak wanita, justru sangat jauh dari ruh perjuangan Kartini. Kartini tak menuntut persamaan hak dalam segala bidang. Kartini hanya menuntut agar kaum wanita diberi hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tak lebih dari itu.
                 Kartini bertekad untuk menjadi sosok wanita yang baik. ‘Minazh-Zhulumaati ilan Nuur’ dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 257 yang berarti ‘dari gelap kepada cahaya’ telah mendorongnya untuk merubah diri dari pemikiran yang salah kepada ajaran Sang Pencipta. Tak berlebihan jika kita menyimpulkan bahwa tujuan Kartini adalah mengajak setiap wanita untuk memegang teguh ajaran agamanya.
Kartini the inspiring women !!