Ads 468x60px

LDK-JS UNPAR

"Bersama Kita Bisa"

Social Icons

Ikhwan Ideal


            Hariku tetap menjadi hari yang berarti. Kadang ku habiskan cuman ngajakin jasadiah dan ruhiyah nyantai, dengarin musik, maen game, nonton sinetron, tidur-tiduran, nyemil, dan banyak lainnya. “Berarti kan…” artinya sudah pasti sedang malas. Masya Allah…
Mahasiswa pintar itu ranahnya: kampus, pendidikan, tinggi-tinggian nilai akademisnya, belajar dengan keras biar nilai ujiannya memuaskan, fokus dengarin ceramah dosen, aktif diskusi di kelas, kerjain tugas dengan sungguh-sungguh dan tepat waktu. Sepertinya masih ada yang lain lagi yang aku kurang tau.
Apa itu semua sudah menjadi karakter seorang mahasiswa yang ideal?
Hem, kayanya belum ya. Kok bisa jawab gitu?
Alasannya : mahasiswa yang pintar akademisnya dan sosialnya, namun belum ideal namanya kalau tidak diimbangi dengan ibadahnya.
Mahasiswa alim itu ranahnya: ibadah, suka diskusi juga tapi tentang ibadah; haq dan bathil, suka  menjaga pergaulannya namun tidak membatasi, suka membaur tapi tidak lebur, suka ngajakin teman-temannya ke Masjid kalau sudah Adzan. Sepulangnya dari kampus, dia tilawah, dan mengerjakan amalan yaumiahnya yang lain.
Pertanyaan (lanjutan) : siapa yang pengen jadi mahasiswa pintar unjuk jari! 1,2,3,.. 51 ya. Terus siapa yang mau jadi alim? 1,2,3, hmmm… 49 doang.
Ko’ konklusi vootingnya seperti itu ya? Itu kan cuman bisa-bisanya penulis aja..
Kalau menurutku ya, semua yang ditanya seperti itu ya mereka milih kedua-duanya lah. Karena dua-duanya itulah ciri-ciri mahasiswa yang ideal. Mahasiswa yang pintar dan alim. Subhanallah…

Nah kalau pembaca bertanya, “termasuk idealkah yang menulis ini?”
Jawaban : Pengennya ideal, tapi belum lah. Masih cetek; ilmunya, masih kurang sosialis, masih kecil pengaruhnya, dan masih-masih lainnya.
Kembali ke daily activity, tantangan yang ku hadapi ternyata pada kebiasaan malas ini. Beuh, berat deh pokoknya. Tapi kan kita mencoba tetap berusaha. Kita? Aku aja kali… hehe

Alhamdulillah yah, liburan telah tiba. Dan mau tidak mau, mahasiswa(i) akan segera memasang sikon gelagapan memesan tiket, nyervis motornya, nelpon ortunya, yang pada intinya difikirannya ngerefresh jasadiyah dan ruhiyah dengan cara pulkam alias pulang kampiyung.
Tapi berbeda dengan anak-anak yang tergabung aktif di organisasi UKM atau UKP yang tak kenal libur, (sebenarnya akrab aja sama libur, cuman so’ ga kenal gitu. hehe) mereka masih sibuk memikirkan proker (program kerja) yang akan mereka realisasikan nantinya. Lah, terus mereka ga pulkam? Yah pulkam lah, tapi bertahan dulu diorganisasi, kalau sudah selesai amanah diorganisasi kan lebih fresh pulkamnya. Jadi tidak memikirkan kerjaan organisasi lagi.
Berbicara tentang organisasi. Mahasiswa ideal juga berorganisasi ga ya?
Selain pintar, alim, sosialisnya bisa tumbuh mengakar diorganisasi.
Semoga ini bukan khayalan, tapi kita semua menjadikannya sebagai sebuah impian yang mestinya direalisasikan, dijadikan kenyataan, berusaha mencapainya dengan tawakaltu ilallah, tawakal kepada Allah.

Ditulis Oleh: MMR.