Hariku tetap menjadi hari yang berarti. Kadang ku habiskan
cuman ngajakin jasadiah dan ruhiyah nyantai, dengarin musik, maen game, nonton
sinetron, tidur-tiduran, nyemil, dan banyak lainnya. “Berarti kan…” artinya
sudah pasti sedang malas. Masya Allah…
Mahasiswa pintar itu ranahnya: kampus, pendidikan,
tinggi-tinggian nilai akademisnya, belajar dengan keras biar nilai ujiannya
memuaskan, fokus dengarin ceramah dosen, aktif diskusi di kelas, kerjain tugas
dengan sungguh-sungguh dan tepat waktu. Sepertinya
masih ada yang lain lagi yang aku kurang tau.
Apa itu semua sudah menjadi karakter
seorang mahasiswa yang ideal?
Hem, kayanya belum ya. Kok bisa jawab gitu?
Alasannya : mahasiswa yang pintar akademisnya
dan sosialnya, namun belum ideal namanya kalau tidak diimbangi dengan
ibadahnya.
Pertanyaan (lanjutan) : siapa yang pengen jadi mahasiswa pintar unjuk jari! 1,2,3,.. 51 ya. Terus
siapa yang mau jadi alim? 1,2,3, hmmm… 49 doang.
Ko’ konklusi vootingnya seperti itu ya? Itu kan cuman
bisa-bisanya penulis aja..
Kalau menurutku ya, semua yang ditanya seperti itu ya mereka
milih kedua-duanya lah. Karena dua-duanya itulah ciri-ciri mahasiswa yang
ideal. Mahasiswa yang pintar dan alim. Subhanallah…
Nah kalau pembaca bertanya, “termasuk idealkah yang menulis
ini?”
Jawaban : Pengennya
ideal, tapi belum lah. Masih cetek; ilmunya, masih kurang sosialis, masih kecil
pengaruhnya, dan masih-masih lainnya.
Kembali ke daily
activity, tantangan yang ku hadapi ternyata pada kebiasaan malas ini. Beuh,
berat deh pokoknya. Tapi kan kita mencoba tetap berusaha. Kita? Aku aja kali… hehe
Alhamdulillah yah, liburan telah tiba. Dan mau tidak mau,
mahasiswa(i) akan segera memasang sikon gelagapan memesan tiket, nyervis motornya, nelpon ortunya, yang pada intinya difikirannya ngerefresh jasadiyah
dan ruhiyah dengan cara pulkam alias pulang kampiyung.
Tapi berbeda dengan anak-anak yang tergabung aktif di
organisasi UKM atau UKP yang tak kenal libur, (sebenarnya akrab aja sama libur, cuman so’ ga kenal gitu. hehe) mereka
masih sibuk memikirkan proker (program kerja) yang akan mereka realisasikan
nantinya. Lah, terus mereka ga pulkam?
Yah pulkam lah, tapi bertahan dulu diorganisasi, kalau sudah selesai amanah
diorganisasi kan lebih fresh pulkamnya. Jadi tidak memikirkan kerjaan
organisasi lagi.
Berbicara tentang organisasi. Mahasiswa ideal juga berorganisasi ga ya?
Selain pintar, alim, sosialisnya bisa
tumbuh mengakar diorganisasi.
Semoga ini bukan khayalan, tapi kita semua menjadikannya
sebagai sebuah impian yang mestinya direalisasikan, dijadikan kenyataan,
berusaha mencapainya dengan tawakaltu
ilallah, tawakal kepada Allah.
Ditulis Oleh: MMR.